Informasi Penyakit

Saturday, July 11, 2009

SINDROMA STEVENS-JOHNSON

Stevens-Johnson adalah suatu variasi berat sekaligus fatal dari eritema multiform. Merupakan sindroma yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium (muara/lubang) dan mata, dengan keadaan umum yang bervariasi dari yang ringan sampai berat.

Penyebab
Penyebab yang pasti belum diketahui. Salah satu penyebabnya adalah alergi obat, biasanya secara sistemik, diantaranya adalah beberapa jenis antibiotika, antipiretik/analgetik dan jamu. Selain itu dapat juga disebabkan oleh infeksi (yang disebabkan baik oleh bakteri, virus, jamur atau parasit), neoplasma, pasca vaksinasi, radiasi dan makanan.

Faktor Risiko
Sindrom ini kebanyakan timbul pada anak-anak dan laki-laki muda. Perbandingan laki-laki dengan perempuan adalah 2 : 1. Namun jarang dijumpai pada anak usia 3 tahun ke bawah.

Patofisiologi
Patogenesisnya masih belum jelas. Perkiraan disebabkan oleh reaksi alergi tipe III dan IV. Reaksi alergi tipe III terjadi akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan pada organ. Reaksi alergi tipe IV terjadi akibat limfosit T yang tersensitisasi oleh suatu antigen berkontak kembali dengan antigen yang sama hingga akhirnya terjadi reaksi radang.

Gejala dan Tanda
Gejala bervariasi ringan sampai berat. Pada yang berat penderita dapat mengalami koma. Mulainya penyakit akut dapat disertai gejala prodromal berupa demam tinggi 39-40¢ªC, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorok. Dengan segera gejala tersebut dapat menjadi berat. Stomatitis (radang mulut) merupakan gejala awal dan paling mudah terlihat Pada sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa: 1. Kelainan kulit Kelainan kulit terdiri atas eritema ( kemerahan pada kulit ), vesikel (gelembung berisi cairan) dan bula (seperti vesikel namun ukurannya lebih besar). Vesikel dan bula kemudian pecah sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu dapat juga terjadi purpura. Pada bentuk yang berat kelainan terjadi di seluruh tubuh. 2. Kelainan selaput lendir di orifisium Yang tersering adalah di selaput lendir mulut (100%) kemudian disusul oleh kelainan dilubang alat genital (50%), di lubang hidung dan anus jarang. Vesikel dan bula yang pecah menjadi erosi dan ekskoriasi dan krusta kehitaman. Juga dapat membentuk pseudomembran. Kelainan yang tampak di bibir adalah krusta berwarna hitam yang tebal. Kelainan dapat juga menyerang saluran pencernaan bagian atas (faring dan esofagus) dan saluran nafas atas. Keadaan ini dapat menyebabkan penderita sukar/tidak dapat menelan dan juga sukar bernafas. 3. Kelainan mata Kelainan mata merupakan 80% diantara semua kasus, yang tersering adalah konjungtivitis kataralis (radang konjungtiva). Dan yang terparah menyebabkan kebutaan Disamping kelainan tersebut terdapat juga kelainan lain seperti radang ginjal, dan kelainan pada kuku.

Komplikasi
Tidak jarang terjadi komplikasi berupa kelainan pada paru yaitu bronkopneumonia. Komplikasi lain yaitu kehilangan cairan dan atau darah, gangguan keseimbangan elektrolit dan syok. Dapat pula terjadi kebutaan.

Penatalaksanaan
Tergantung dari berat ringannya gejala yang tampak. Pemberian kortikosteroid merupakan 'life saving'. Selain itu diberikan juga antibiotika, diet makanan tertentu dan pemberian zat-zat dan cairan untuk mengembalikan keseimbangan cairan tubuh yang hilang.

Labels: ,

Lepra (penyakit hansen)

Lepra (penyakit hansen) adalah infeksi menahun yang terutama ditandai oleh adanya kerusakan saraf perifer (saraf diluar otak dan medulla spinalis), kulit, selaput lendir hidung, buah zakar (testis) dan mata.

Penyebab
Bakteri Mycobacterium leprae.

Faktor Risiko
Sekitar 50% penderita kemungkinan tertular karena berhubungan dekat dengan seseorang yang terinfeksi.
Infeksi juga mungkin ditularkan melalui tanah, armadillo, kutu busuk dan nyamuk.

Sekitar 95% orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena sistem kekebalannya berhasil melawan infeksi. Infeksi dapat terjadi pada semua umur, paling sering mulai dari usia 20an dan 30an. bentuk lepromatosa 2 kali lebih sering ditemukan pada pria.

Gejala dan Tanda
Bakteri penyebab lepra berkembangbiak sangat lambat, sehingga gejalanya baru muncul minimal 1 tahun setelah terinfeksi (rata-rata muncul pada tahun ke-5-7). Jenis lepra menentukan prognosis jangka panjang, komplikasi yang mungkin terjadi dan kebutuhan akan antibiotik :

1) Lepra tuberkuloid ditandai dengan ruam kulit berupa 1 atau beberapa daerah putih yang datar. Daerah tersebut bebal terhadap sentuhan karena mikobakteri telah merusak saraf-sarafnya.

2) Pada lepra lepromatosa muncul benjolan kecil atau ruam menonjol yang lebih besar dengan berbagai ukuran dan bentuk. Terjadi kerontokan rambut tubuh, termasuk alis dan bulu mata.

3) Lepra perbatasan merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran kedua bentuk lepra. Pada semua jenis, selama perjalanan penyakit baik diobati maupun tidak diobati, bisa terjadi reaksi kekebalan tertentu, yang kadang timbul sebagai demam dan peradangan kulit, saraf tepi dan kelenjar getah bening, sendi, buah zakar, ginjal, hati dan mata.

Pencegahan
Dulu perubahan bentuk anggota tubuh akibat lepra menyebabkan penderitanya diasingkan dan diisolasi. Pengobatan dini bisa mencegah atau memperbaiki kelainan bentuk, tetapi penderita cenderung mengalami masalah psikis dan sosial. Tidak perlu dilakukan isolasi.

Lepra hanya menular jika terdapat dalam bentuk lepromatosa yang tidak diobati dan itupun tidak mudah ditularkan kepada orang lain. selain itu, sebagian besar secara alami memiliki kekebalan terhadap lepra dan hanya orang yang tinggal serumah dalam jangka waktu yang lama yang memiliki resiko tertular. Dokter dan perawat yang mengobati penderita lepra tampaknya tidak memiliki resiko tertular.

Penatalaksanaan
Antibiotik dapat menahan perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya. Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, karena itu sebaiknya diberikan lebih dari 1 macam obat, terutama pada penderita lepra lepromatosa.
Antibiotik yang paling banyak digunakan untuk mengobati lepra adalah dapson, relatif tidak mahal dan biasanya aman. Kadang obat ini menyebabkan reaksi alergi berupa ruam kulit dan anemia.

Rifampin adalah obat yang lebih mahal dan lebih kuat daripada dapson. Efek samping yang paling serius adalah kerusakan hati dan gejala-gejala yang menyerupai flu.

Antibiotik lainnya yang bisa diberikan adalah klofazimin, etionamid, misiklin, klaritromisin dan ofloksasin. Terapi antibiotik harus dilanjutkan selama beberapa waktu karena bakteri penyebab lepra sulit dilenyapkan. Pengobatan bisa dilanjutkan sampai 6 bulan atau lebih, tergantung kepada beratnya infeksi dan penilaian dokter. Banyak penderita lepra lepromatosi yang mengkonsumsi dapson seumur hidupnya.

www.kalbe.co.id

Labels: ,

herpes zoster

Herpes zooster (shingles) adalah suatu infeksi yang menyebabkan erupsi kulit yang terasa sangat nyeri berupa lepuhan yang berisi cairan.

Penyebab
Penyebab herpes zoster adalah virus varicella-zoster, virus yang juga menyebabkan cacar air.

Faktor Risiko
Herpes zooster bisa terjadi pada usia berapapun tetapi paling sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Selain itu herpes zoster terjadi jika virus kembali aktif, misalnya jika terdapat gangguan pada sistem kekebalan tubuh (misalnya karena aids atau penyakit hodgkin) atau obat-obatan yang mempengaruhi sistem kekebalan.

Patofisiologi
Infeksi awal oleh virus varicella-zoster berakhir dengan masuknya virus ke dalam ganglia (badan saraf) pada saraf spinalis maupun saraf kranialis dan virus menetap disana dalam keadaan tidak aktif. Herpes zooster selalu terbatas pada penyebaran akar saraf yang terlibat di kulit (dermatom).

Gejala dan Tanda
Selama 3-4 hari sebelum timbulnya herpes zoster, penderita merasa tidak enak badan, menggigil, demam, mual, diare atau sulit berkemih. Penderita lainnya hanya merasakan nyeri, kesemutan atau gatal di kulit yang terkena. Muncul sekumpulan lepuhan kecil berisi cairan dikelilingi oleh daerah kemerahan, yang terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf yang terkena.

Lepuhan paling sering muncul di batang tubuh dan biasanya hanya mengenai satu sisi (kanan saja atau kiri saja). Daerah yang terkena biasanya peka terhadap berbagai rangsangan (termasuk sentuhan yang sangat ringan) dan bisa terasa sangat nyeri. Lepuhan mulai mengering dan membentuk keropeng pada hari kelima setelah kemunculannya.

Lepuhan yang luas atau menetap lebih dari 2 minggu biasanya menunjukkan bahwa sistem kekebalan penderita tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Komplikasi
Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan tanpa meninggalkan gejala sisa. Tetapi bisa terbentuk jaringan parut yang luas meskipun tidak terjadi infeksi bakteri sekunder. Jika mengenai saraf wajah yang menuju ke mata bisa menimbulkan masalah yang cukup serius.

Selain itu infeksi ini dapat meninggalkan gejala sisa berupa neuralgia pasca-herpetik, yang berupa nyeri di daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf yang terkena. Nyeri ini bisa menetap selama beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya suatu episode herpes zoster. Nyeri bisa dirasakan terus menerus atau hilang-timbul dan bisa semakin memburuk pada malam hari atau jika terkena panas maupun dingin.

Penatalaksanaan
Obat anti-virus bisa diberikan untuk memperpendek lamanya erupsi kulit, terutama pada penderita yang mengalami gangguan sistem kekebalan. Sangat penting untuk menjaga kebersihan kulit agar tidak terjadi infeksi bakteri sekunder.

Labels: ,

herpes simpleks

Infeksi herpes simpleks ditandai dengan episode berulang dari lepuhan-lepuhan kecil di kulit atau selaput lendir, yang berisi cairan dan terasa nyeri.

Penyebab
Terdapat 2 jenis virus herpes simpleks yang menginfeksi kulit, yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-1 merupakan penyebab dari luka di bibir (herpes labialis) dan luka di kornea mata (keratitis herpes simpleks); biasanya ditularkan melalui kontak dengan sekresi dari atau di sekitar mulut.

HSV-2 biasanya menyebabkan herpes genitalis dan terutama ditularkan melalui kontak langsung dengan luka selama melakukan hubungan seksual.

Faktor Risiko
Timbulnya erupsi bisa dipicu oleh:
1. pemaparan cahaya matahari
2.demam
3.stres fisik atau emosional
4.penekanan sistem kekebalan
5.obat-obatan atau makanan tertentu.

Patofisiologi
Herpes simpleks menyebabkan timbulnya erupsi pada kulit atau selaput lendir. Erupsi ini akan menghilang meskipun virusnya tetap ada dalam keadaan tidak aktif di dalam ganglia (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi.
Secara periodik, virus ini akan kembali aktif dan mulai berkembangbiak, seringkali menyebabkan erupsi kulit berupa lepuhan pada lokasi yang sama dengan infeksi sebelumnya.
Gejala dan Tanda
Herpes simpleks yang kambuh ditandai dengan adanya kesemutan, rasa tidak nyaman atau rasa gatal, yang dirasakan beberapa jam sampai 2-3 hari sebelum timbulnya lepuhan. Lepuhan yang dikelilingi oleh daerah kemerahan dapat muncul di mana saja pada kulit atau selaput lendir, tetapi paling sering ditemukan di dalam dan di sekitar mulut, bibir dan alat kelamin.

Lepuhan (yang bisa saja terasa nyeri) cenderung membentuk kelompok, yang begabung satu sama lain membentuk sebuah kumpulan yang lebih besar. Beberapa hari kemudian lepuhan mulai mengering dan membentuk keropeng tipis yang berwarna kekuningan serta ulkus yang dangkal.

Penatalaksanaan
Untuk sebagian besar penderita, satu-satunya pengobatan herpes labialis adalah menjaga kebersihan daerah yang terinfeksi dengan mencucinya dengan sabun dan air. Lalu daerah tersebut dikeringkan karena jika dibiarkan lembab maka akan memperburuk peradangan, memperlambat penyembuhan dan mempermudah terjadinya infeksi bakteri.

Untuk mencegah atau mengobati suatu infeksi bakteri, bisa diberikan salep antibiotik (misalnya neomisin-basitrasin). Jika infeksi bakteri semakin hebat atau menyebabkan gejala tambahan, bisa diberikan antibiotik per-oral atau suntikan.

Krim anti-virus (misalnya idoksuridin, trifluridin dan asiklovir) kadang dioleskan langsung pada lepuhan. Asiklovir atau vidarabin per-oral bisa digunakan untuk infeksi herpes yang berat dan meluas. Kadang asiklovir perlu dikonsumsi setiap hari untuk menekan timbulnya kembali erupsi kulit, terutama jika mengenai daerah kelamin. Untuk keratitis herpes simpleks atau herpes genitalis diperlukan pengobatan khusus.

Labels: ,